Tintainformasi.com, Lampung Tengah — Pembangunan jalan aspal yang terletak di depan Kecamatan Kalirejo, Kabupaten Lampung Tengah, baru-baru ini mendapat sorotan tajam dari masyarakat dan pengamat infrastruktur. Proyek tersebut dinilai tidak memenuhi standar yang diharapkan, dengan sejumlah kejanggalan yang ditemukan di lapangan.
Pekerjaan yang seharusnya bertujuan untuk memperbaiki kondisi jalan tersebut, justru terkesan asal-asalan. Salah satu keluhan utama yang muncul adalah tidak adanya papan proyek yang biasanya menjadi identitas resmi sebuah proyek pembangunan. Papan proyek yang seharusnya mencantumkan informasi penting, seperti nama proyek, sumber dana, pelaksana, serta waktu pelaksanaan, tidak terlihat di lokasi. Keberadaan papan proyek sangat vital untuk memastikan transparansi dan akuntabilitas terhadap anggaran yang dikeluarkan oleh negara. Namun, dalam kasus ini, warga setempat justru merasa kebingungan, mengingat tidak ada satupun informasi yang dapat memberikan kejelasan terkait proyek tersebut.
Tak hanya itu, proyek pembangunan jalan tersebut juga tidak tampak diawasi dengan baik. Warga mengungkapkan bahwa selama pengerjaan, tidak ada pengawas proyek yang terlihat di lokasi. Padahal, pengawasan yang ketat sangat diperlukan untuk memastikan kualitas pekerjaan dan menghindari penyimpangan dalam penggunaan bahan serta metode pembangunan. Absennya pengawas proyek ini membuat banyak pihak meragukan kualitas pekerjaan yang sedang dilakukan.
Lebih parah lagi, pembangunan jalan aspal tersebut dilakukan tanpa melibatkan konsultan yang biasanya bertugas untuk memberikan saran teknis dan memastikan bahwa pekerjaan dilakukan sesuai dengan spesifikasi yang ditetapkan. Tanpa adanya konsultan, tidak ada pihak yang dapat memberikan penilaian profesional mengenai kelayakan dan ketepatan pengerjaan proyek ini.
Bukan hanya masalah pengawasan dan konsultan yang jadi sorotan, ketebalan aspal yang digunakan juga menjadi bahan perbincangan hangat di kalangan warga. Banyak yang menganggap bahwa lapisan aspal yang diterapkan terlalu tipis dan tidak sesuai dengan standar kualitas jalan. Beberapa warga bahkan menyebutkan bahwa ketebalan aspal tersebut hanya setebal tempe goreng, yang tentu saja sangat rentan terhadap kerusakan, terutama pada musim hujan atau saat dilalui kendaraan berat.
Hingga proyek ini selesai, tidak ada kejelasan mengenai siapa rekanan yang mengerjakan proyek tersebut. Warga setempat maupun media yang mencoba mencari informasi lebih lanjut mengenai kontraktor atau perusahaan yang bertanggung jawab, tidak berhasil menemukan jawaban yang memadai. Hal ini menambah kecurigaan tentang kelancaran dan kualitas dari proyek pembangunan jalan tersebut.
Menurut seorang warga yang enggan disebutkan namanya, “Kami tidak tahu siapa yang mengerjakan proyek ini. Bahkan, tidak ada yang pernah datang untuk menjelaskan tentang proyek ini, padahal ini menggunakan uang negara.
Kami khawatir kualitas jalan ini tidak akan bertahan lama.”pungkasnya
Pembangunan infrastruktur seharusnya dilakukan dengan hati-hati dan penuh perencanaan yang matang. Selain itu, keterbukaan informasi kepada publik sangat penting untuk memastikan proyek berjalan sesuai dengan prinsip-prinsip transparansi dan akuntabilitas. Tindakan seperti ini, yang terkesan asal-asalan dan tidak profesional, jelas merugikan masyarakat dan dapat memperburuk kondisi jalan yang seharusnya diperbaiki.
Masyarakat sekitar berharap pihak berwenang dapat segera melakukan evaluasi terhadap proyek ini. Mereka juga menuntut agar ada kejelasan mengenai siapa pihak yang bertanggung jawab atas pengerjaan dan pengawasan proyek ini, serta meminta agar kualitas jalan aspal yang dibangun dapat segera diperbaiki agar tidak membahayakan pengguna jalan.
Kepada dinas terkait, masyarakat berharap agar kejadian serupa tidak terulang di masa mendatang, dan agar lebih ketat dalam mengawasi setiap proyek pembangunan yang ada, demi tercapainya infrastruktur yang berkualitas dan bermanfaat untuk semua. (Team.red)