TINTAINFORMASI.COM, BANDAR LAMPUNG – Perguruan Tinggi Negeri Universitas Terbuka (UT) Lampung pokjar yang ada di salah satu kecamatan Kabupaten Tanggamus diduga melakukan praktik pungutan liar (pungli) berupa penarikan biaya Ujian Akhir Semester (UAS) dengan dalih biaya operasional dan SPP, padahal dalam sistem pembayaran yang ada di universitas biaya UAS sudah masuk dalam biaya registrasi persemester yang telah di bayarkan oleh mahasiswa, Kamis 26 Januari 2023.
Beberapa mahasiswa yang ingin identitasnya dirahasiakan mengaku jika setiap akan melaksanakan UAS pokjar kecamatan meminta sejumlah uang ke mahasiswa dengan nominal yang telah ditentukan.
“Setiap mau semester diminta biaya UAS, kalo awal kuliah di UT semester satu sebesar Rp.800.000 sampe waktu awal pandemi itu mau UAS turun jadi diminta Rp.500.000 terus pas di pandemi itu sempat Rp.700.000 dan selanjutnya sampe kemarin terakhir UAS di akhir tahun 2022 Rp.600.000 pokoknya naik turun gitu,”ujar mahasiswa yang ingin dirahasiakan identitasnya.
Lanjutnya, yang menjadi keanehan selama ini untuk penarikan biaya UAS dibayarkan secara langsung ke pengelola pokjar UT yang ada dikecamatan baik tunai maupun transfer atas nama rekening pribadi pengelola pokjar kecamatan tersebut, akan tetapi jika registrasi semesteran dibayarkan melalui via bank atas nama rekening Universitas terbuka sebesar Rp.1.700.000.
“Aneh sih sebenarnya kalo bayaran UAS itu ke bapaknya langsung atau kalo belum bayar di wa minta di tf (transfer-red) ke rekening atas nama bapaknya, kalo registrasi semester ke bank BRI atas nama kampus dan ada bukti bayarnya. Terus pembayaran UAS itu ngga pake kwitansi cuma yang tf aja yang ada bukti bayaran UAS padahal kalo mau wisuda bukti seluruh bayaran kan jadi syarat selain tugas akhir makanya kadang suka bertanya-tanya kok seperti itu,tapi mau kayaknya dari kaka tingkat sebelum-sebelumnya juga memang begitu,”ujarnya.
Disinggung terkait rincian biaya registrasi persemester apakah sudah meliputi UAS di dalamnya, mahasiswa tersebut tidak mengetahui pasalnya selama ini pihak pokjar kecamatan tidak menjelaskannya secara detail.
“Ya kalo registrasi semesteran rincian didalamnya apa aja ngga tau soalnya selama ini cuma disuruh bayar regitrasi semesteran dan apa sudah sama UAS apa belum didalamnya selama ini juga pokjar ngga ada penjelasan cuma taunya diminta aja setiap UAS dan nagihnya kalo digroup WA bahasanya operasional kadang SPP tapi kalo nelpon ngomongnya biaya UAS apalagi ditagihnya pas UAS”ungkapnya.
Dihubungi via WhatsApp, rekan mahasiswa tersebut juga mengatakan hal senada dan dirinya juga memiliki bukti namun hanya bukti kwitansi pembayaran UAS di tanggal 16 November tahun 2020 saja dengan bahasa SPP ditanda tangani pengelola Pokjar.
“Ya memang setiap mau UAS diminta bayar, ngga ada kwitansi ngga dikasih cuma ada yang dulu pas di tahun 2020, ya kalo ngga bayar ya bahasa ngga bisa ikut UAS tapi nyatanya ada yang telat bayar bisa ikut UAS karena nyetak kartu UAS kan pake sistem login ke Siakad gitu, makanya kadang mikir jadi kayak aneh gitu tapi bapaknya ya gitu nagihin terus lewat Wa,” kata mahasiswa itu yang juga ingin namanya di rahasiakan.
Mahasiswa itu juga berharap jika memang biaya UAS sudah masuk dalam biaya registrasi yang dibayarkan setiap semesteran, maka dia meminta pihak pokjar mengembalikan biaya yang diminta Pokjar kepada mahasiswa saat akan dilangsungkan UAS.
“Kalo UAS jadi satu dalam registrasi semesteran, kami mau minta pokjar kembalikan uang kami yang ditarikan setiap akan UAS itu. Kami ini anak petani mas dengan biaya kuliah yang apa adanya aja,”tutupnya.
Dilain tempat, saat di konfirmasi ke pihak Universitas Terbuka Lampung yang ada di Jln. Soekarno Hatta (Bypass) Raja Basa Bandar Lampung. Kepala Koordinator Satpam kampus UT Lampung Haris Munandar mengatakan jika Direktur UT sedang ada rapat via online dan tidak bisa ditemui.
“Ibunya tidak bisa ditemui mas lagi rapat, sedangkan kalo Humas lagi ada kegiatan di luar di Sidomulyo, biasanya kalo urusan media ke Humasnya dihubungin mas,”kata Haris
Ditanya soal program dan biaya untuk masuk ke UT, Haris mengatakan jika di UT ada tiga program diantaranya Sipas, non Sipas dan Pengelolaan khusus Keguruan. Untuk Sipas (Sistem Paket) bisa kuliah dari mana saja meliputi paket bahan ajar buku satu paket dan lainnya dengan biaya Rp.1.300.000 sedangkan untuk non sipas berkaitan dengan bahan ajar saja dengan biaya Rp.780.000 tidak dengan bahan ajar namun hal itu jarang dipakai dan kebanyakan alih credit dari diploma mau ke S1 yang memakainya.
“Kalo Sipas dan non Sipas berlaku untuk FKIP, Hukum, Ekonomi khusus pendidikan atai Keguruan dia beda masuk pengelolaan khusus dengan sistem mitra yaitu Pokjar atau kelompok belajar biayanya pun beda. Ya sekitar Rp.1.700.000 biaya registrasinya per semesternya”ujar Haris.
Tambahnya, mitra UT dalam fakultas Keguruan berasal dari para ASN. Baik dari sewa gedung pengelolaan dan lainnya yang ada di kelompok belajar dibayarkan oleh pihak UT. Ditanya terkait biaya seperti UAS Haris mengatakan jika biaya tersebut sudah didalam biaya registrasi persemester.
“Ya sudah dalam situ UAS, mitra juga sudah kita gaji dong kalo ngga digaji mana mau ngumpulin mahasiswa diorang. Digaji tapi tidak setiap bulan per triwulan dibayarkannya dengan hitungan perbulan,”ungkapnya.
Disinggung terkait kapasitasnya sebagai pihak keamanan yang memiliki pengetahauan luas dalam sistem UT, Haris mengatakan memang sebelum mulai bekerja di Kampus UT, pihak UT memberikan terlebih dahulu pelatihan sosform (sosialisasi formulir pendaftaran-red) baik dari tingkat OB sampai Satpam.
“Ya kami basic disini mas baik dari OB sampe security kita latihan Sosform, masak kita kerja di UT ngga tau tentang UT. Ya produknya harus tau, OB juga kalo ditanya gini gacor semua karena sudah tau,”ungkap Haris.
Tambahnya, jika biaya Rp.1.700.000 untuk fakultas Keguruan juga sudah termasuk biaya modul atau bahan ajar didalamnya. “Karena kita di bawah Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan mas semua biaya termasuk modul bahan ajar udah didalamnya, jadi kita tau kalo mitra mau main harga di modul juga karena setiap ajaran baru kita monitoring ke mahasiwa baru kita tanyakan lagi ada kendala tidak, jadi pasti ketauan kalo ada yang bermain,”katanya.
“Jadi harga registrasi persemester untuk setiap pokjar sama kita, kalo di Tanggamus larinya itu ikut masuk wilayah Pokjar Kota Agung kita pengelolanya pak Endi. Iya jadi di masing-masing Kabupaten ada pokjar dan dibawah Pokjar Kabupaten ada lagi Pokjar Kecamatan gitu mas, UT ini bahkan bukan Indonesia aja sampe Australia juga kita ada makanya logonya bola dunia,” tutur Haris. (Tim)