TINTAINFORMASI.COM, LAMPUNG TENGAH — Ketua Umum Permala (Persatuan Masyarakat Lampung) Sekaligus Anggota Dprd Lamteng Politik Muda dari Partai Gerindra, Mukadam menanggapin banyak berita viral akhir ini mengambarkan kondisi masyarakat kita hari ini dari semua sisi. Namun perlu kita jaga persatuan dan kesatuan yang tidak menimbulkan persepsi yang berbeda baik pengkritik maupun yang di kritik sehingga tujuan yang penyampaikan pendapat bisa di terima dan di jalankan.
Kritik dan saran memang suatu hal yang baik untuk dilakukan namun bila caranya salah hal itu akan membuat orang yang menerima kritik dan saran tersebut menjadi tersinggung. Oleh karena itu, banyak dari kita yang memutuskan untuk menghindari kritik agar hubungan dengan orang-orang terdekat tidak renggang. Nah, agar kritik dan saran yang disampaikan bisa diterima oleh orang lain, kita harus memperhatikan cara menyampaikan kritik yang baik.
Ketahui waktu yang tepat ;
Kritik dan saran yang baik disampaikan ketika orang tersebut siap menerimanya. Pilihlah saat ketika dia tidak terlihat lelah atau kesal sehingga kritik yang kita sampaikan bisa diterima dengan kepala jernih. Selain itu, pastikan kita tidak menyampaikannya di depan banyak orang agar dia tidak menganggap kita ingin menjatuhkannya.
Perhatikan cara penyampaiannya ;
Setiap orang memiliki cara komunikasinya masing-masing kita tidak bisa memaksakan atau menyamaratakan cara berkomunikasi orang lain. Ketika menyampaikan kritik dan saran kita tidak seharusnya langsung menjelaskan kesalahan mereka dan marah-marah.
Oleh karena itu, salah satu cara menyampaikan kritik dan saran dengan sopan dan santun adalah memperhatikan bahasa yang digunakan.
Objektif ;
Ketika ingin menyampaikan kritik dan saran, perlu diperhatikan bahwa kita harus bersikap objektif. Hindari kritik dan saran yang tidak membangun dan asal sebut hanya karena kita memiliki masalah personal padanya.
Ingat, kritik dan saran ada untuk mengembangkan seseorang agar menjadi pribadi lebih baik, bukan untuk menjatuhkan.
Lembut dan santun ;
Karena kelembutan dan kesantunan di setiap perkara akan menghiasi dan memudahkan. Benar, terkadang di beberapa kondisi dan untuk beberapa orang, kita perlu sikap tegas sebagaimana yang dipraktekkan ulama salaf. Akan tetapi, bersikap lembut adalah hukum asal dalam membantah dan mengritik, apalagi pihak yang dibantah merupakan seorang tokoh yang memiliki pengikut, atau memiliki peluang besar untuk rujuk kepada kebenaran. Cukuplah firman Allah bagi kita dalam hal ini, tatkala mengutus Musa dan Harun kepada Fir’aun,
(فَقُولا لَهُ قَوْلا لَيِّنًا لَعَلَّهُ يَتَذَكَّرُ أَوْ يَخْشَى ( ٤٤
“Maka berbicaralah kamu berdua kepadanya dengan kata-kata yang lemah lembut, mudah-mudahan ia ingat atau takut” (QS. Thaha: 44) (*)