Ditanya Soal K3 dan Keselamatan Pekerja Pembangunan Tower BTS, Wartawan Mau di Siram Kopi oleh RT Campang Jaya

TINTAINFORMASI.COM, BANDAR LAMPUNG — Pembangunan menara tower Base Transceiver Stasion (BTS) di Kelurahan Campang Jaya, Kecamatan Sukabumi, Kota Bandar Lampung yang dilakukan oleh pekerja terpantau tidak dilengkapi Keamanan, Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3). Sedangkan sesuai Permenaker No.09 Tahun 2016 mewajibkan kepada pengusaha atau pengurus untuk menerapkan K3 dalam bekerja di ketinggian.
Jajang selaku pekerja mengatakan jika pembangunan tower BTS itu milik Indosat dan sudah dikerjakan selama 4 hari, terkait pekerja yang tidak memakai K3 seperti helm, tali pengait keamanan dan baju pelindung. Ia mengungkapkan jika prosedur itu ribet dan menghambat pekerjaan.
“Iya kebanyakan di lapangan itu tidak di pake susah bikin ribet, pengawasnya ngga ada. Itu pak Rt sering ngecekin ke sini,” katanya.
Ditanya soal himbauan atau pagar penutup di areal pembangunan karena jarak pembangunan tower bts sangat dekat dengan pemukiman dan material yang tak sengaja jatuh seperti baut dan lainnya bisa membahayakan warga sekitar. Jajang mengatakan jika memang tidak memasang himbauan area dan pagar pembatas pembangunan, kemudian ia enggan memberikan keterangan lebih lanjut dan memilih diam.
Ditempat yang sama, salah satu warga sekitar yang enggan menyebutkan namanya mengkhawatirkan menara yang sudah berdiri puluhan meter itu di naiki oleh anak-anak di malam hari karena tidak adanya himbauan dan pagar pembatas pembangunan.
“Iya ngga ada pagernya, ngerinya kalo ada anak iseng naik menara di malam hari. Kalo rumah pak Rt gang yang ada tower airnya itu,”ujarnya.
Sementara saat ditemui dikediamannya, Rakim selaku RT setempat lantas sinis lantaran pertanyaan wartawan terkait keamanan warga sekitar dan pertanyaan apakah pihak pamong setempat sudah mengingatkan tentang K3 dalam pembangunan tower bts tersebut demi keamanan.
“Saya udah mengingatkan dan nanya kenapa ngga pake pengaman kalo jatoh bagaimana katanya ribet, kenapa ngga pake helem harusnya pemborong yang ngingetin cuma kita perikemanusian. Kamu ini nanya kesini mau apa? nanti saya telpon ini aja Edi pengawasnya, itu bukan urusan saya kan ada pemborong masing-masing. Lo kalo kesini salah dong itu bukan ranah saya kalo saya urusannya admnistrasi, kita orang sama babin lurah camatnya,”katanya.
Saat ditanya terkait tidak ada himbauan area dan pagar penutup dalam proses pembangunan karena jaraknya yang begitu dekat dengan pemukiman warga, Rakim justru dengan arogannya dan diduga menuding secara tendensius jika wartawan hanya mencari-cari kesalahan.
“Kalo mau cari baik-baik datang aja kesitu, saya itu cuma ngawasin dapat upah aja ngga saya. Lurah sering bhabin aja ngontrol juga. Kan belum jadi itu makanya belum ditutup pagar. Ngomong aja kalo mau ada pendekatan, saya udah bilang kalo ada wartawan kasih aja rokok-rokok,” ujarnya.
Lanjutnya, dirinya mengawas karena ada kewajiban dari lurah dan pak bhabin untuk mengontrol pembangunan itu hingga berdiri. Bahkan secara tidak langsung Rakim mengamini jika warga sekitar khususnya anak-anak terkadang bermain di area pembangunan itu, meski ditanya beberapa kali ia kesal dan tak menjawab.
“Kamu ini mau apa? Gini aja mas ngga usah banyak cincong (omong-red) nanya nanti kalo udah berdiri kalo mau dimasalahin ya masalahin aja, Itu kan ada yang ngawasin juga itu. Bahkan ada anak-anak mainan megang kayak tali aja itu diomelin sama diorang pekerja itu artinya kurang apa saya,”jelasnnya.
Kemudian Rakim menanya kepada wartawan, jika tidak ada yang ditanyakan kembali dia meminta wartawan untuk segera pergi. Kemudian awak media pun bersalaman dan meminta maaf jika ada kata-kata dalam pertanyaan yang kurang berkenan.
“Udah itu aja kan, untung kamu nanya tadi gelas ini ngga saya pegang. Kalo ngga saya sebor (siram-red) pake kopi ini, yaudah kalo ngga ada yang ditanya lagi,”tuturnya. (Tim/ Rend)