Scroll untuk baca artikel
Lampung Tengah

Ramai, Akun Tiktok Unggah Pemberitaan Tentang Dugaan Oknum Pejabat Inspektorat “Tegik” Para Kepala Sekolah, Netizen Desak Bongkar Kasus Intervensi dan Intimidasi 

99
×

Ramai, Akun Tiktok Unggah Pemberitaan Tentang Dugaan Oknum Pejabat Inspektorat “Tegik” Para Kepala Sekolah, Netizen Desak Bongkar Kasus Intervensi dan Intimidasi 

Sebarkan artikel ini

Tintainformasi.com, Lampung Tengah — Soal dugaan permintaan sejumlah uang oleh oknum Inspektorat kepada Kepala Sekolah Dasar dan Menengah di Lamteng, yang diunggah akun TikTok @senopatikepitanra disorot beberapa netizen.

Beberapa diantaranya, meminta hal ini diusut tuntas. Seperti halnya akun TikTok @sinta1195, dirinya meminta kepada kepala sekolah harus berani buka suara. “Semua Kepsek harus berani buka suara, berapa diminta setiap ada pemeriksaan,” cetusnya.

Scroll Untuk Baca Artikel
IKLAN HUBUNGI KAMI

Hal senada juga diungkapkan akun @Batin Ratoe Anoem, menurutnya Inspektorat adalah sebagai APIP, dimana fungsinya adalah pembinaan dan pengawasan. “Bukan intervensi ke guru sekolah dasar dan aparatur kampung dengan membodohi aturan demi pesanan pemimpin,” ujarnya.

Tak hanya itu, akun @Marsih_Asih04, juga berkomentar, “Hmmm kalo inget ngadepin inspektorat pingin nangis,” tulisnya.

Sementara, akun @Mahesa juga berkomentar negatif terkait kedatangan inspektorat yang tak diundang. “Wahhh bener banget, pejabat dinas dateng, inspektorat dateng, sama aja sekolah harus ngongkosin. Padahal sekolah gak ngundang mereka untuk dateng,” komennya.

Dugaan permintaan sejumlah uang dengan dalih pemeriksaan ini, menjadi momok tersendiri bagi pejabat yang notabene dibawah kendali inspektorat. Bagaimana tidak, uang yang diminta tersebut tidaklah mungkin berasal dari kantong pribadi.

Seperti yang diungkapkan salah satu kepala sekolah yang diduga telah menjadi korban permintaan upeti Inspektorat.

Menurutnya, dengan adanya dugaan permintaan sejumlah uang, dirinya dan beberapa kepala sekolah berinisiatif bagaimana untuk menanggulangi itu.

“Kami mengutip dari Dana BOS sebesar 3000 hingga 5000 rupiah persiswa, serta menganggarkan belanja fiktif tanpa barang hanya nota untuk menutupi semua itu,” jelasnya lagi sembari mewanti-wanti namanya tidak disebut.

Masih dikatakannya, belum lagi nanti saat setoran laporan, masih diminta uang makan lagi.

“Jadi kita gak enak, tapi apa boleh buat karena sebuah persatuan untuk kita semua biar gak bertele-tele tapi tetep saja dipersulit. Mereka itu yang mengajarkan kita korupsi,” keluhnya. (Team.red)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *