Tintainformasi.com
Lampung —
Oleh: Hengki Ahmad Jazuli (Tokoh Muda Lampung dan Ketua Umum AWPI)
KETEGANGAN yang terjadi di Universitas Malahayati, Bandarlampung, bukan sekadar soal kedatangan ratusan orang dari luar daerah. Ini adalah masalah harga diri, kehormatan, dan kedaulatan masyarakat Lampung. Ketika tanah kelahiran kita diinjak-injak oleh pihak luar yang membawa aroma premanisme, Apakah kita akan tinggal diam? Tidak!.
Lampung memiliki sejarah panjang dengan adat dan budaya yang menjunjung tinggi kehormatan. Prinsip Pi’il Pesenggiri bukan sekadar semboyan, Tetapi ruh yang menjaga martabat orang Lampung agar tidak diinjak-injak oleh siapa pun. Kini, ketika sekelompok orang dari luar datang dengan tujuan yang mencurigakan, apakah kita akan membiarkan mereka mencabik-cabik marwah Lampung?.
Kedatangan 200 orang dalam empat bus ke Universitas Malahayati menimbulkan banyak tanda tanya. Bukan tanpa alasan masyarakat Lampung merasa geram dan resah. Ada dugaan kuat bahwa kedatangan mereka bukanlah sekadar kunjungan biasa, melainkan bagian dari agenda tersembunyi untuk menguasai kampus dan membawa pengaruh luar yang merusak ketertiban Lampung.
Ini bukan sekadar konflik kampus, ini adalah sinyal bahaya bagi eksistensi Lampung sebagai daerah yang bermartabat. Kita semua tahu bahwa Lampung dihuni oleh suku-suku yang memiliki nilai luhur, baik Jurai Sai Batin maupun Pepadun. Keduanya memiliki kesamaan dalam menjaga harkat dan martabat wilayahnya.
Seruan tegas dari masyarakat menunjukkan bahwa Lampung bukan tempat bagi premanisme. Tidak ada ruang bagi pihak luar yang ingin membawa kekacauan di tanah ini. Ketua Umum Laskar Lampung, Ir. H. Nerozely Koenang, sudah menegaskan bahwa tidak boleh ada intervensi dari luar yang menciptakan keresahan.
“Apapun konfliknya, tidak boleh ada orang luar, terutama preman Ambon, masuk dan mengancam ketentraman di Lampung!” ujarnya dengan lantang.
Ketika ada gerakan mencurigakan yang mencoba menggoyahkan tatanan yang sudah ada, itu berarti kita sedang menghadapi ancaman besar. Ancaman yang bukan hanya terhadap satu kampus, tetapi terhadap seluruh Lampung.
Lampung bukan daerah yang bisa ditaklukkan begitu saja. Masyarakatnya memiliki akar kuat dalam sejarah perjuangan Nusantara. Dari zaman dahulu, Lampung sudah melahirkan banyak pejuang yang berdiri tegak menjaga kehormatan dan wilayahnya.
Kita tidak ingin sejarah mencatat bahwa di masa kini, Lampung diam ketika ada pihak luar yang mencoba merusak tatanan sosialnya. Kita tidak ingin Lampung menjadi ladang konflik yang dimanfaatkan oleh pihak-pihak tertentu.
Oleh karena itu, kita semua, masyarakat Lampung, harus berdiri bersama. Bukan dengan kekerasan, tetapi dengan persatuan yang kuat. Aparat keamanan harus bertindak cepat, sebelum api yang kecil ini membesar dan membakar segalanya. Kita tidak ingin konflik ini berkembang menjadi perang suku yang berkepanjangan. Kita ingin ketertiban dan martabat Lampung tetap terjaga.
Kita adalah Lampung. Kita punya kehormatan. Kita tidak akan membiarkan tanah ini diinjak-injak!. (Team.red)