Jejak Hidup Paus Fransiskus, Pemimpin Umat Katolik yang Meninggal Dunia Hari Ini, Simak Profil Lengkapnya
Sebarkan artikel ini
[SPACE IKLAN]
Tintainformasi.com – Paus Fransiskus wafat pada hari Senin, 21 April 2025, dalam usia 88 tahun.
Menurut pernyataan resmi Vatikan, Paus meninggal sehari setelah tampil di Lapangan Santo Petrus pada Minggu, 20 April 2025 waktu setempat saat perayaan Paskah.
Scroll Untuk Baca Artikel
[SPACE IKLAN]
ADVERTISEMENT
“Pagi ini pukul 7:35 (0535 GMT) Uskup Roma, Fransiskus, kembali ke rumah Bapa,” kata Kardinal Kevin Farrell dalam pernyataan yang dipublikasikan oleh Vatikan di saluran Telegramnya, dilansir sejumlah media asing pada Senin (21/4/2025).
Menurut Wikipedia, Paus Fransiskus adalah imam Yesuit pertama sekaligus Paus asal Amerika Latin keturunan Italia pertama.
Ia juga merupakan Paus non-Eropa pertama dan orang dari Belahan Bumi Selatan pertama sejak wafatnya Paus Gregorius III dari Suriah pada tahun 741.
Lahir di Buenos Aires, Argentina, Bergoglio pernah bekerja sebagai penjaga bar dan petugas kebersihan saat muda sebelum menempuh pelatihan ahli kimia dan bekerja sebagai teknisi di laboratorium pangan.
Setelah sembuh dari pneumonia dan kista berat, ia terdorong untuk bergabung dengan ordo Jesuit pada tahun 1958.
Ia ditahbiskan menjadi imam Katolik pada 1969 dan menjabat sebagai pemimpin provinsi Yesuit Argentina antara 1973 hingga 1979. Pada tahun 1998, ia diangkat menjadi Uskup Agung Buenos Aires dan kemudian kardinal oleh Paus Yohanes Paulus II pada tahun 2001.
Bergoglio memimpin Gereja Katolik Argentina selama kerusuhan Desember 2001, meskipun pemerintah Néstor Kirchner dan Cristina Fernández de Kirchner menganggapnya sebagai rival politik.
Setelah pengunduran diri Paus Benediktus XVI pada Februari 2013, konklaf memilih Bergoglio sebagai paus baru pada Maret berikutnya. Ia mengambil nama Fransiskus untuk menghormati Santo Fransiskus dari Assisi.
Dalam kiprah publiknya, Paus Fransiskus dikenal karena sikap rendah hati, penekanan pada belas kasih Tuhan, keterlibatan internasional yang tinggi sebagai paus, perhatian terhadap kaum miskin serta komitmen terhadap dialog antaragama.
Ia juga dipuji karena gaya kepausan yang lebih sederhana dibanding pendahulunya misalnya memilih tinggal di wisma Domus Sanctae Marthae daripada apartemen resmi kepausan di Istana Apostolik.