Bandar LampungBERITA

Lampung Mengenang Reformasi: Merawat Ingatan, Menyalakan Perlawanan

149

Tintainformasi.com, Bandar Lampung — Dua puluh tujuh tahun telah berlalu sejak Reformasi 1998 mengguncang fondasi kekuasaan otoriter di Indonesia dan menandai lahirnya era demokrasi, bangsa ini terus mengalami perubahan sosial dan transisi sistem ekonomi dan politik.

Namun, seiring waktu, peristiwa bersejarah ini kian terabaikan dan tidak lagi dikenang sebagai peristiwa penting dari perjalananan kolektif bangsa.

Berangkat dari problem tersebut, Kelompok Studi Kader (Klasika) Lampung mengadakan acara Nobar dan Diskusi dengan mengangkat tema “Merawat Ingatan, Menyalakan Perlawanan: Tiga Babak Revolusi Dunia”.

Acara Nobar dan Diskusi ini diketahui, dibagi kedalam tiga sesi. Sesi pertama, menghadirkan film dokumenter Revolusi Kuba 1959. Kemudian sesi kedua, Revolusi Iran dan Sesi Ketiga, menghadirkan film dokumenter Reformasi Indonesia 1998.

Founder Klasika Chepry Chairuman Hutabarat dalam penghantarnya menyampaikan, agenda ini sengaja dilaksanakan sebagai media untuk merawat ingatan Reformasi 1998. Terlebih hari ini, sangat jarang ada yang memperingati peristiwa Reformasi.

“Padahal momen ini adalah peristiwa besar dimana para Aktivis, Intelektual dan Masyarakat Sipil berjuang bersama melawan pemerintahan otoriter,” jelasnya.

Ia menjelaskan, selain sebagai momen merawat ingatan, nonton film dokumenter tiga babak revolusi dunia ini juga, menunjukkan bahwa setiap perubahan sosial tidak terjadi begitu saja melainkan terdapat pengaruh pertarungan ekonomi politik secara global.

Ia menambahkan, menurut Tan Malaka terdapat dua syarat perubahan sosial bisa tercipta. Pertama syarat objektif, dimana semua masyarakat mengalami kondisi tertindas. Kedua syarat subjektif, yang mengharuskan terdapat kepemimpinan nasional yang menggerakkan perubahan.

Sementara Direktur Klasika, Ahmad Mufid mengatakan, Nobar dan Diskusi tiga babak Revolusi Dunia ini sengaja dihadirkan, selain memperingati Reformasi 1998 juga ingin melihat bagaimana proses revolusi di negara lain.

“Kita sengaja menghadirkan film dokumenter Revolusi Kuba, karena kerap dijadikan rujukan bagaimana masyarakat sipil merebut kekuasaan dari pemerintah yang menindas. Kemudian Revolusi Iran ingin melihat bagaimana masyarakat Islam berjuang melawan pemerintah yang otoriter,” jelasnya.

Ia mengatakan, reformasi 1998 merupakan salah satu fenomena penting bagi mahasiswa yang acap kali mendaku sebagai agen perubahan dan agen control sosial.

“Peristiwa 1998 adalah bukti nyata dimana mahasiswa turun bergerak mendorong perubahan sosial. Alhasil mahasiswa waktu itu, menjadi salah satu penggerak perubahan sosial,” tambahnya.

Oleh karena itu, ia mengatakan, forum nobar dan diskusi ini banyak diikuti oleh mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi. Seperti perwakilan BEM UIN RIL, Mahasiswa Unila, Mahasiswa Patani Thailand Selatan, sejumlah Organisasi Ekstra Kampus dan lain-lain.

Dalam kesempatan tersebut, ia juga mengatakan, acara nobar dan diskusi ini turut dimeriahkan oleh Orkes Ba’da Isya, sebuah grub musik yang kebanyakan diisi oleh mahasiswa.

Exit mobile version