Tintainformasi.com, Sampang – Komunitas Media Center Sampang (MCS), yang selama ini digadang-gadang menjadi mitra strategis pemerintah daerah dalam diseminasi informasi, justru mengalami guncangan internal hebat bahkan sebelum dikukuhkan secara resmi. Puluhan anggotanya memilih hengkang secara serempak, menandai krisis serius yang tak bisa dianggap sepele.
Gelombang eksodus ini memperlihatkan keretakan mendalam dalam tubuh organisasi yang diklaim berada di garis depan penyebaran informasi pembangunan daerah.
Ketidakjelasan arah gerakan, miskomunikasi, hingga dugaan adanya dominasi sepihak dalam pengambilan keputusan, disebut sebagai biang keladi runtuhnya semangat kolektif.
“Kami merasa MCS sudah keluar dari ruh awalnya. Tidak ada ruang diskusi, semua berjalan kaku, dan terlalu banyak intervensi. Kami memilih keluar sebelum makin terseret lebih jauh,” ungkap salah satu mantan anggota, Rabu (23/7/2025), yang meminta namanya disamarkan.
Aroma kepemimpinan eksklusif dan kurangnya transparansi disebut-sebut membuat atmosfer internal kelompok semakin tegang dan tidak sehat. Bahkan, sejumlah eks anggota menyebut suasana di dalam grup sudah tak lagi kondusif secara psikologis maupun etika kolektif.
Upaya konfirmasi terhadap ketua MCS justru dibalas ketus dengan pernyataan singkat: “Sampai ketemu aja.”
Sikap yang dianggap menutup ruang dialog ini kian memperkuat citra MCS sebagai organisasi yang belum siap secara struktural dan moral untuk menjalankan peran publik yang diembannya.
Di tengah konflik ini, sejumlah eks anggota kini sedang menyiapkan wadah baru yang disebut lebih inklusif, terbuka, dan profesional. Mereka bertekad mengembalikan semangat kolaborasi dan keterbukaan yang menurut mereka telah lama hilang.
Kondisi ini menjadi sinyal peringatan serius, terutama bagi Bupati Sampang yang kabarnya masih menimbang waktu pengukuhan resmi MCS. Dengan kondisi internal yang retak dan kepercayaan yang runtuh, publik menilai langkah pengukuhan justru berisiko melegitimasi organisasi yang belum sehat secara internal.
“Sebelum dikukuhkan, lebih baik dievaluasi. Jangan sampai Bupati ikut menanggung beban krisis yang bukan ia ciptakan,” ungkap salah satu pegiat media lokal.
Kisruh internal MCS mengingatkan kembali bahwa sebuah organisasi media – betapapun besar branding-nya – akan rapuh jika kehilangan transparansi, komunikasi sehat, dan kepemimpinan yang bertanggung jawab.