Oleh: Agus Effendi
(Ketua Bidang PP AMPG dan Kader Golkar Jakarta)
Tintainformasi.com, Jakarta — Terpilihnya Ahmed Zaki Iskandar sebagai Ketua DPD Partai Golkar DKI Jakarta periode 2025–2030 bukan sekadar pergantian pucuk pimpinan. Ini adalah penanda dimulainya babak baru perjuangan Golkar di ibu kota, dengan harapan besar untuk menata masa depan politik yang lebih gemilang.
Zaki, sosok yang dikenal tenang namun strategis, menyatakan komitmennya dengan tegas: membawa Golkar menang di semua arena politik Jakarta. Target ini bukan sekadar retorika. Buktinya, di bawah pengaruh dan arahannya, perolehan kursi DPRD DKI melonjak dari 6 pada 2019 menjadi 10 pada Pemilu 2024. Ini bukan capaian biasa, melainkan lompatan strategis yang patut dicatat.
Tak hanya soal angka, keberhasilan ini menandakan kerja sistematis di mana kader digerakkan dengan arah yang jelas, dan daerah-daerah digarap menjadi kantong suara yang kuat. Zaki mengubah mesin partai dari sekadar formalitas menjadi alat tempur politik yang efektif.
Salah satu fondasi kemenangan itu adalah kekuatan saksi partai. Melalui BSNPG DKI Jakarta, Golkar menyelenggarakan pelatihan saksi (TOT) di setiap Dapil dan kecamatan. Program ini menyiapkan saksi yang tidak hanya jujur dan cekatan, tetapi juga loyal dan berani. Mereka bukan sekadar penjaga suara, tetapi penggerak simpul kemenangan di tingkat TPS. Di tangan saksi yang andal, suara rakyat benar-benar dijaga dan diperjuangkan.
Kini, dengan 10 kursi di tangan, Zaki menatap target 15 kursi pada 2029. Sebuah loncatan ambisius yang menuntut kerja ekstra, terutama dalam menghadapi dinamika Jakarta yang kian kompleks.
Kemenangan Butuh Mesin Politik yang Solid
Untuk menang, Golkar DKI tak cukup hanya dengan figur kuat di puncak. Ia butuh struktur pengurus yang hidup, progresif, dan menyatu dengan denyut akar rumput. Di sinilah peran pengurus menjadi vital. Mereka bukan hanya manajer politik, tapi motor penggerak, penyambung aspirasi rakyat, dan pembina kader.
Sebagai penentu arah, pengurus harus menyusun strategi yang realistis dan terukur. Mereka wajib hadir di tengah masyarakat, menyerap aspirasi, dan mengartikulasikannya dalam kebijakan politik. Tak kalah penting, pengurus juga harus menjadi pembina kader muda merekalah yang akan menjadi pewaris dan pelanjut perjuangan partai.
Bang Zaki sebaiknya turun langsung ke tingkat kecamatan dan kelurahan. Bukan sekadar seremonial, tapi untuk menyuntikkan semangat, menunjukkan arah, dan menyatukan barisan. Efek kehadiran pemimpin di lapangan adalah energi elektoral yang tak bisa dibeli.
Menyapa Pemilih Muda, Merebut Hati Generasi Z
Pemilu 2029 akan didominasi pemilih muda sekitar 72% dari total DPT adalah mereka yang lahir antara 1984 hingga 2010. Ini adalah generasi milenial dan Gen Z, yang berpikir kritis, anti kemapanan, dan menuntut relevansi. Mereka tak akan memilih partai yang gagap teknologi atau hanya sibuk nostalgia.
Golkar DKI harus menjadi rumah aspirasi mereka. Pemilih muda tidak cukup dipikat dengan janji. Mereka ingin partisipasi. Di sinilah pentingnya program seperti Login Aktivis, yang memberi ruang kepada anak muda untuk aktif di partai, bukan hanya sebagai penonton, tapi sebagai pelaku. Akses, kepercayaan, dan ruang kreasi adalah kunci merebut hati mereka.
Lewat aktivis muda, Golkar bisa mendapatkan energi baru, narasi segar, dan citra partai yang relevan dengan zaman. Golkar bukan hanya harus akrab dengan Gen Z Golkar harus menjadi milik Gen Z.
Politik Bukan Sekadar Kekuasaan, Tapi Karya
Golkar adalah partai pembangunan. Sejak awal kelahirannya, Golkar dikenal bukan sebagai partai retorika, tetapi partai karya kekaryaan. Zaki dan seluruh pengurus harus menghidupkan kembali semangat ini dengan program nyata, menyentuh ekonomi rakyat, memberdayakan UMKM, mengedukasi publik, dan membangun basis sosial yang kuat.
Jika Golkar mampu menunjukkan bahwa partai ini bukan hanya mesin kekuasaan, tetapi juga kendaraan pengabdian maka masyarakat Jakarta akan menjatuhkan pilihan bukan karena slogan, tapi karena bukti.
6–10–15 bukan sekadar angka. Ini adalah jejak arsitektur kemenangan yang tengah dibangun Zaki: dari 6 kursi, menjadi 10, menuju 15. Namun arsitektur itu hanya akan menjadi kenyataan jika seluruh elemen partai bersatu, bekerja, dan menjadikan Golkar bukan sekadar partai tua tapi partai yang terus muda, berkarya, dan hadir untuk rakyat Jakarta.***