Tanggamus,TintaInformasi.com–Tiga hari setelah mendapat vaksin pertama program percepatan vaksin Kabupaten Tanggamus memakan korban. Seorang ibu rumah tangga di Pekon (desa,red) Sridadi, Kecamatan Wonosobo, Tanggamus, Sutini, justru kena struk atau gangguan syaraf motorik. Divaksin 25 Desember 2021 lalu, dan kini kondisinya kini memprihatinkan.
Keluarga korban awal enggan mempublikasikan nasib ibu mereka, karena pihak pekon (Desa,red) berjanji akan bertanggung jawab. Namun, hingga kini, pihak Pekon justru lepas tanggung jawab, dan tidak merespon mereka. Bahkan tidak ada perhatian Pemkab Tanggamus, keluarga mengadu kepada wartawan.
Awalnya, ujar keluarga korban, bahwa Pekon gencar melakukan vaksin melalui program jemput bola door to door. Hingga akhirnya Sutini, yang malah struk alias gangguan saraf motorik/ strock setelah 3 hari divaksin. Dikatakan Wasis, suami Sutini mengatakan sebelum vaksin istribya baik-baik saja. Tapu setelah 3 hari divaksin mengalami sakit saraf/strock.
“Sebelumnya istri saya gak kenapa-kenapa 2 hari setelah vaksin baru terlihat gejala-gejala penyakit yang timbul dan kami bawa ke rumah sakit, oleh dokter di diagnosa mengalami ganguan saraf motorik/strok,” terang Wasis kepada tim AJOI di rumahnya, Rabu, 2 Februari 2022.
Kondisi Sutini sangat memprihatinkan dengan keadaan fisik mata sebelah kanan tidak dapat melek, jalan harus di papah dab bicarapun tidak jelas, sehingga Sutini tidak dapat lagi melakukan aktivitas sehari-hari sebagai IRT.
Menurut Wasis selama ini pihak keluarganya diam dan tidak mau mempublikasikan keadaan istrinya. Setelah berjalan setengah bulan menurutnya belum ada perhatian khusus dari pihak pemerintah pekon maupun pemerintah kabupaten. “Setelah kondisi istri saya seperti ini, semua pihak terkesan diam dan tutup mata, dimana tanggung jawab mereka semua, jangankan kabupaten pemerintah pekon pun acuh tak acuh,” tandasnya kesal.
Sementara dari pihak Puskesmas sudah melakukan homecare dengan mengontrol dan memeriksa keadaan Sutini. Senada dengan dikatakan Bayu, anak Sutini yang menceritakan kronologis kegiatan vaksinasi dari pekon.
“Sekitar jam 3.30 datang bidan desa dengan panitia covid pekon, saya dan istri setelah dinyatakan sehat kami di vaksin. Sementara ibu saya takut karena ada darah tingginya, pada kesempatan itu ibu saya hanya minta tolong untuk ditensi saja dan menolak untuk vaksin karena tensinya ternyata 180/90,” kata Bayu.
Sementara, lanjut Bayu, menurut bidan itu normal. “Sedangkan ibu saya itu normalnya biasanya 160/90, bahkan bidan itu meyakinkan kami jika terjadi apa-apa dirinya akan bertanggungjawab,” terangnya
Dengan keterpaksaan dan di yakikan dengan pernyataan bidan tersebut Sutini memberanikan diri untuk di vaksin. “Awalnya tidak apa-apa setelah hari kedua ibu saya mulai merasa tidak enak badan dan ambruk. Saya bingung, saya berupaya minta solusi ke pak kepala pekon bukannya di terima dengan baik malah ngomel. Akhirnya kami bawa ibu ke rumasakit tanpa pendampingan dari pihak pekon, hanya di dampingi bidan desa pekon tetangga,” tambahnya.
Kekesalan dan penyesalan tampak pada keluarga Wasis, hal ini disampaikan Bayu kepada wartawan. “Buat apa mburu-buru warga masyarakat untuk vaksin bahkan terkesan memaksa, giliran ibu saya seperti ini gak ada tanggung jawabnya,” tutupnya.
Di tempat berbeda saat ditemui tim AJOI bidan desa membenarkan tensi darah sutini 180/90 setelah konsultasi dengan dokter maka Sutini di perbolehkan untuk vaksin.
Suwandi kepala pekon setempat membenarkan adanya kedatangan Bayu ke kantor pekon tapi dirinya tidak pernah memarahinya. “Ya memang benar waktu itu Bayu menghadap dan saya tidak marahi dia, saya cuma ngomong sayakan kepala pekon, sementara yang nyuntik kan bidan masak saya suruh tanggungjawab ya sana minta sama bidan yang nyuntik, hanya itu yang saya ucapkan sama Bayu,” terang Wandi.
Saat di tanya dimana peran pihak pekon selama ini, sementara di ketahui dalan Dana desa ada poksi 8% untuk penangan covid, Wandi hanya menjelaskan bahwa dirinya pribadi sudah membesuk dirumasakit menyuruh aparatnya menjenguk ke rumah Wasis.
“Ya andakan tau dana 8% anggaran buat covid sudah habis, kegunaannya untuk beli perlengkapan covid dan untuk membiayai konsumsi makan minum dan rokok petugas pada waktu melakukan vaksinasi masal di pekon dan itu gak cukup sekali dua kali Lo mas, emang mau ngambil dari mana masak suruh nombok,” tambahnya. (Candra)