TINTAINFORMASI.COM, JAKARTA — Polisi kembali mengungkap fakta baru soal kasus tewasnya empat penghuni rumah di Kalideres, Jakarta Barat. Salah satu korban bernama Budianto Gunawan (68) hendak menjual rumah. Dan makelar mencium aroma bangkai manusia sejak Mei 2022 lalu.
“Saat itu salah satu penghuni ataupun yang meninggal di rumah tersebut atas nama almarhum Budianto ini menghubungi secara proaktif terhadap saksi ini untuk menjual rumah itu,” kata Dirkrimum Polda Metro Jaya Kombes Hengki Haryadi dalam konferensi pers di Mapolda Metro Jaya, Jakarta, Senin 21 November 2022. (Dikutip dari sinarlampung.co)
Selain menjual rumah, Budianto diduga hendak menjual sejumlah barang-barang yang ada di dalam rumah, termasuk rumah, AC, blender, hingga televisi.
Memurut Hengki temuan tersebut mematahkan dugaan bahwa ada pencurian di rumah korban yang berlokasi di Perum Citra I Extension Kalideres, Jakbar. Dia mengatakan ada hal janggal karena Budianto langsung menyerahkan sertifikat agar rumah tersebut cepat terjual. “Ada hal yang sangat tak lazim di sini, pada saat ditemui mediator ini langsung diberikan sertifikat asli,” kata Hengki.
Kemudian, lanjut Hengki, karena waktu itu sempat putus asa karena tidak ketemu pembelinya dengan harga Rp1,2 miliar. “Akhirnya sertifikat dikembalikan lagi kepada Budianto, tetap ditolak, dan mediator disuruh pegang lagi,” katanya.
Lalu, pada 13 Mei, mediator bertemu salah satu pegawai koperasi simpan pinjam untuk menggadaikan sertifikat rumah korban. Saat itu pegawai koperasi simpan pinjam ini tertarik mengingat lokasi rumah memiliki NJOP yang tinggi.
Tak lama kemudian, dua orang mediator dan petugas simpan pinjam mendatangi rumah korban. Mereka diterima Budianto. “Pada saat itu diterima almarhum Budianto. Begitu buka gerbang langsung terasa bau busuk yang dirasakan pada 13 Mei,” katanya.
Saat itu, tamu yang datang bertanya soal asal bau tak sedap tersebut. Dan Budianto mengatakan bau tersebut berasal dari got yang lupa dibersihkan.
“Mediator dan pegawai koperasi simpan pinjam sempat masuk ke rumah dan mencium bau busuk yang semakin tajam. Dan akhirnya mereka melihat ada sosok yang sudah menjadi mayat di kamar,” ucapnya.
Mayat Rajin Dibedaki dan Disisir
Dirkrimum Polda Metro Jaya Kombes Hengki Haryadi mengatakan yang datang dan mencium bau busuk di rumah tersebut adalah pegawai koperasi simpan pinjam. Saat itu, rumah tersebut hendak digadaikan sertifikatnya oleh Budianto, salah satu yang tewas di rumah tersebut.
“Saat itu diterima oleh almarhum Budianto, begitu buka gerbang langsung teras bau busuk yang luar biasa pada 13 Mei, ditanyakan kepada pihak rumah kok bau seperti ini, dijawab adalah got yang lupa dibersihkan,” kata Hengki Haryadi.
Pegawai koperasi itu lantas meminta bertemu dengan sang ibu sekaligus pemilik sertifikat rumah, yakni Renny Margaretha. Lalu, diantarkan pegawai itu ke kamar Renny oleh Dian Febbyana selaku anak.
“Kemudian masuk ke dalam rumah, kemudian diminta perlihatkan sertifikatnya ternyata sertifikat ini atas nama Nyonya Renny Margaretha ibu dari Dian. kemudian ditanyakan Ibu Renny ada di mana, sedang tidur di dalam kamar. Kemudian pegawai koperasi simpan pinjam ini mengajak diantarkan untuk masuk ke dalam kamar,” ujar Hengki.
Saat pintu kamar dibuka, pegawai koperasi mencium bau busuk yang lebih menyengat. Hengki mengatakan pegawai itu diminta tidak menyalakan lampu kamar oleh Dian dengan alasan ibunya sensitif terhadap cahaya.
“Begitu pintu kamar dibuka, pegawai ini masuk, menyeruak bau yang lebih busuk lagi, dimana ibunya, ini lagi tidur tapi jangan hidupkan lampu, karena ibu saya sensitif terhadap cahaya, kata anak atas nama Dian yang turut meninggal di TKP,” ucapnya.
Hengki mengatakan pegawai koperasi itu lantas curiga karena Renny tidak bangun saat dibangunkan. Tanpa sepengetahuan Dian, petugas koperasi itu menyalakan flash handphone-nya untuk melihat kondisi Renny. Ternyata Renny dilihat dalam kondisi sudah menjadi mayat, sontak petugas koperasi itu berteriak takbir.
“Pada saat dibangunkan untuk mengecek sertifikat rumah ini, dipegang-pegang ini agak curiga, tanpa sepengetahuan Dian, pegawai koperasi simpan pinjam ini menghidupkan flash HP-nya, begitu dilihat langsung yang bersangkutan (pegawai koperasi) teriak takbir, allahuakbar, ini sudah mayat di tanggal 13 Mei,” kata Hengki.
Dian lalu menjawab bahwa ibunya masih hidup. Menurut Hengki, Dian menyatakan bahwa dirinya masih memberikan minum susu dan menyisir rambut ibunya. “Pada saat di dalam kamar, pegawai koperasi simpan pinjam ini menyatakan bahwa ini sudah menjadi mayat, jawaban daripada Dian ‘ibu saya ini masih hidup, tiap hari masih saya berikan minum susu kemudian sambil menyisir dan rambutnya rontok semuanya,” ucapnya.
Petugas itu lalu langsung keluar dan mengajak rekanan lainnya. Dia membatalkan proses penggadaian. “Kemudian langsung keluar yang bersangkutan tidak ingin lagi melanjutkan proses gadai pinjam uang ini, langsung mengajak dua saksi lain segera keluar,” ujarnya.
Untuk diketahui, penemuan empat mayat satu keluarga di dalam rumah di Perum Citra Garden I Extension, Kalideres, Jakarta Barat, bikin heboh. Keempat mayat itu ialah Rudyanto Gunawan (71), Margaretha (68), Budianto Gunawan (68), dan Dian (42).