Tintainformasi.com, Lampung —Sebagai masyarakat Lampung, patut berbangga dengan telah beroperasinya Perpustakaan Modern Lampung. Seperti diketahui, perpustakaan ini telah lama dibangun dan sempat terhenti pengerjaannya, namun awal tahun 2023 sudah rampung hingga dapat dibuka untuk umum.
Kini, Perpustakaan Modern Lampung sudah hampir berjalan dua tahun. Namun ironisnya, masih minim sekali pengunjung, alias sepi-sepi saja. Hal itu bisa dilihat dari parkiran kendaraan maupun di ruang baca di dalam gedung perpustakaan.
Gedung Perpustakaan Modern Lampung memang tampak megah dari luar, sesuai dengan namanya. Tetapi, kalau dilihat di dalam fasilitasnya, belum memperlihatkan kemoderenannya. Mungkin itu yang menyebabkan belum banyak warga masyarakat tertarik untuk datang berkunjung ke Perpustakaan Modern Lampung.
Padahal, kalau dilihat dari lokasinya, sangatlah strategis. Berada di jalan protokol, Jln ZA Pagar Alam, Labuhan Ratu, Bandar Lampung. Dikelilingi kampus-kampus ternama di Lampung, baik negeri maupun swasta. Antara lain, kampus Unila, Umitra, Darmajaya, UBL, UML, Pasca UIN Raden Intan, dan UTI.
Biasanya, para mahasiswa dalam mengerjakan tugas kuliah, selain mencari di perpustakaan kampus, boleh jadi untuk mencari suasana baru bisa diperoleh di tempat lain, seperti di toko buku atau perpustakaan daerah. Namun kenapa masih sedikit yang tertarik untuk datang ke Perpustakaan Modern Lampung?
Boleh jadi, karena fasilitas dan penunjang yang ada di perpustakaan modern tersebut belum lengkap, sehingga kaum mahasiswa enggan untuk datang. Tidak tersedia pula kebutuhan yang bisa membikin betah berlama-lama di perpustakaan untuk mengerjakan tugas kampusnya.
Menyoal sepinya Perpustakaan Modern Lampung hingga kini, tampaknya dinas terkait perlu menggandeng pihak ketiga untuk diajak kerja sama dengan menyediakan fasilitas yang bisa mendukung kemodernan perpustakan tersebut, guna menjadi daya tarik bagi pengunjung, seperti tersedianya kantin atau caffe, bahkan kalau perlu foodcourt. Atau makin bagus jika bisa lebih dari itu, misalnya bekerjasama dengan Starbucks, dan KFC.
Sejenak melihat perbandingan ditempat lain, yakni perpustakaan daerah Riau dan Perpustakaan Nasional. Perpustakaan Soeman HS adalah perpustakaan daerah di Provinsi Riau, salah satu perpustakaan dan penyimpanan arsip nasional yang berstatus perpustakaan provinsi.
Perpustakaan ini merupakan perpustakaan daerah yang terbesar di Indonesia. Perpustakan Soeman HS terletak di Jln Sudirman, Kota Pekanbaru. Memiliki fasilitas antara lain; free WIFI, otomasi dan OPAC pencarian buku, komputer game edukatif untuk anak, aneka permainan edukatif, parkiran sepeda, motor dan mobil, musholla, aplikasi JAWS untuk tuna netra, serta sofa baca nan nyaman.
Perpustakaan wilayah Riau ini dibuka setiap hari, mulai Senin hingga Minggu, dari jam 08.30 sampai dengan 16.45 WIB. Dengan slogannya “Keunggulan cocok untuk anak-anak”, perpustakaan tersebut menjadi wahana tersendiri bagi masyarakat Riau untuk menikmati dunia buku sekaligus menularkan kesukaan membaca buku kepada anak-anak.
Selanjutnya kita bisa melihat Perpustakaan Nasional RI atau Perpusnas. Selain menjadi pusat koleksi buku, Perpusnas juga memiliki berbagai fasilitas lain, seperti ruang teater, layanan audiovisual, area budaya baca, data center, serta menjadi lokasi kantor Akademi Ilmu Pengetahuan Indonesia.
Adapun fasilitas yang tersedia bagi pengunjung Perpusnas diantaranya meliputi; free WIFI, otomasi dan OPAC pencarian buku, komputer game edukatif untuk anak, aneka permainan edukatif, parkiran sepeda, motor dan mobil, pun tersedia musholla, aplikasi JAWS untuk tuna netra dan tentu saja sofa baca yang sangat baik.
Selain koleksi buku, Perpustakaan Nasional RI juga memiliki koleksi audiovisual, foto, peta, dan lukisan yang dapat dilihat oleh pengunjung. Tak jarang juga ada pameran berkala di perpustakaan yang berlokasi di Jln Medan Merdeka Selatan, Jakarta Pusat, itu.
Ada aturan yang harus ditaati. Misalnya, pengunjung tidak diperkenankan membawa makanan dan minuman atau pun makan-makan dan merokok di ruang perpustakaan. Wajib memperlihatkan kepada petugas barang/buku yang dibawa pada saat masuk dan keluar perpustakaan.
Dan Perpusnas ini memiliki ruang lobi utama yang luas, tersedia cafe yang lengkap, dan ruang penyimpanan tas/loker bagi pengunjung. Kapankah Perpustakaan Modern Lampung bisa “mendekati” dua perpustakaan sebagai contoh di atas, agar tidak terus-terusan sepi? Semua kembali kepada kesungguhan pimpinan Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Provinsi Lampung –dan tentu saja Gubernur Lampung- dalam melihat seberapa strategis dan substantifnya keberadaan sarana tersebut bagi kemajuan generasi muda Lampung. *Penulis: Penikmat dunia buku, tinggal di Bandar Lampung. (Team.red)