Jakarta

Mengenal Maestro Korupsi Pertamax Kerasa Pertalite 

215
×

Mengenal Maestro Korupsi Pertamax Kerasa Pertalite 

Sebarkan artikel ini

Tintainformasi.com

Jakarta —

Oleh: Rosadi Jamani Tasikmalaya boleh berbangga, salah putra daerahnya menapaki puncak karirnya yang luar biasa, dari bangku teknik ITB hingga Norwegian University of science and Teknologi (NTNU), Maya Kusmaya bukan orang sembarangan, dia adalah seorang akademisi ulung, profesional terkemuka, dan yang terbaru, tersangka kasus korupsi. Betapa indahnya perjalanan hidup ini, dari seorang mahasiswa yang berprestasi hingga menjadi headline berita kriminal di seluruh negeri. Sungguh transformasi yang menginspirasi!! Dalam dunia bisnis minyak, ada banyak inovasi. Ada minyak ramah lingkungan, ada minyak dengan oktan kadar tinggi dan ada juga berkat Maya dan koleganya, minyak oplosan, Pertamax rasa pertalite. Sebuah terobosan baru yang memadukan seni pencampuran ala tabib kuno dengan kecanggihan teknologi modern. Premium dan pertalite? Siapa sangka keduanya bisa menjadi sahabat karib dalam satu drum besar!. Dengan sentuhan magis dari tim yang dipimpin Maya, lahirlah bahan bakar berkualitas “baru” yang tak pernah terpikirkan oleh akal sehat manusia. Direktur penyidikan jampidsus, Abdul Qohar, menjelaskan, dengan penuh rasa syukur dan haru bahwa Maya Kusmaya, bersama tangan kanannya Edward corne, telah memberikan restu pencampuran RON 88 dan RON 92. Sungguh kolaborasi yang mencerminkan semangat kegotong royongan. Seperti halnya selebritas papan atas, Maya memilih tidak menghadiri undangan eksklusif dari kejaksaan agung. Mungkin sedang sibuk meeting, mungkin juga lagi belanja ke luar negeri. Namun, karena dunia tak seindah dugaan, Maya akhirnya dijemput dengan penuh kehormatan oleh tim penyidik. Pukul 10.00 WIB, Kejagung menanti dengan sabar, pukul 14.00 WIB, harapan mulai memudar. Akhirnya, bagaikan adegan klimaks dalam film thriller politik, Aparat hukum bergegas menjemput Maya dari kantornya, sebuah perjalanan dinas yang tak pernah terpikirkan sebelumnya!. Kini, Maya akan beristirahat selama 20 hari ke depan di hotel berbintang yang tanpa bintang, Rutan Salemba cabang Kejagung. Sebuah tempat ekslusif dengan pasilitas jeruji besi dan suasana yang jauh dari hingar-bingar dunia korporat. Dengan penangkapan Maya, galeri petinggi Pertamina yang tersandung kasus korupsi semakin lengkap. Total sudah 9 orang petinggi yang kini menghiasi dinding sejarah gelap perusahaan minyak negara. Seakan mengikuti trend, posisi tinggi di Pertamina tampaknya kini tak hanya menjanjikan gaji besar dan fasilitas mewah, tapi juga tiket emas menuju ruang interogasi. Maya sendiri menggantikan Riva Siahaan, yang tak disangka telah lebih dulu masuk dalam daftar tersangka. Mungkin ini bagian dari tradisi turun-temurun, di mana setiap direktur yang menjabat harus siap mewarisi beban kasus pendahulunya. Sungguh, Pertamina adalah tempat di mana karier dan skandal berjalan beriringan. Ini bak dua sisi mata uang, sebuah institusi yang tak hanya bergerak di bidang energi tapi juga di bidang drama kriminal berbiaya tinggi. Maya Kusmaya sang akademis, profesional dan inovator dalam industri minyak kini melengkapi CV-nya dengan jabatan baru, tersangka korupsi. Dari jalur pendidikan yang gemilang hingga perjalanan karier yang menakjubkan, akhirnya ia sampai di babak yang paling dinanti, babak jeruji besi. Apakah ini akhir cerita? Tentu tidak! Sejarah telah membuktikan bahwa para petinggi perusahaan besar selalu mempunyai jalan pulang. Dengan jaringan kuat, pengacara andal, dan sistem hukum yang lentur, tak ada yang mustahil. Mari kita tunggu. Apakah Maya akan menikmati masa “Pengabdian” di rutan dalam waktu lama atau justru kembali dengan jabatan baru? Dunia ini penuh kejutan!!! (Team.red)  

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

error: Content protected !!