LampungTanggamus

Ponpes Al Falah Sumbermulya, Panggung Pencitraan Para Pejabat

175
×

Ponpes Al Falah Sumbermulya, Panggung Pencitraan Para Pejabat

Sebarkan artikel ini

Tintainformasi.com, Tanggamus — “Aku hanya pelarian, saat butuh kau datang. Habis manis sepah dibuang, aku hanya pelarian. Aku kau anggap cadangan. Setelah kau senang kau tinggalkan. Kamu tidak punya perasaan. Habis manis sepah dibuang”.

Demikian reff lagu berjudul “Aku Hanya Pelarian”, yang dipopulerkan oleh Syahriyadi, penyanyi muda yang lagunya banyak dijadikan background music Video tiktok. Lagu ini menjadi trending, kemungkinan karena bisa mewakili perasaan hati yang sedang galau.

Namun penulis tidak bermaksud membahas lebih jauh tentang lagu tersebut, melainkan tema lagu yang menyiratkan perilaku seseorang datang hanya saat ada maunya saja. Situasi ini terjadi di Pondok Pesantren (Ponpes) Al Falah Sumbermulya.

Menjelang Pemilu 2024, sejumlah pejabat politik dari Provinsi Lampung maupun dari berbagai kabupaten, kerap mengunjungi Ponpes tersebut, diantaranya: Calon Legislatif (Caleg), Calon Gubernur (Cagub), Calon Bupati (Cabup).

Ponpes ini berada di Pekon Sumbermulya, Kecamatan Pulau Panggung, Kabupaten Tanggamus ini kerap menjadi ajang pencitraan pejabat atau calon pejabat. Nama besar Ponpes ini menjadi daya tarik tersendiri, hingga seringkali menjadi “panggung” nan elok untuk memoles citra.

Setiap kedatangan tamu pejabat maupun calon pejabat di Ponpes tersebut, tentunya mereka melihat dengan jelas kondisi fisik bangunan dengan beberapa sisi yang masih perlu diperbaiki, dan fasilitas Ponpes yang masih perlu ditambah.

Namun disayangkan, upaya tebar pesona tidak disertai dengan memberikan bantuan untuk merenovasi bangunan, ataupun memberikan bantuan fasilitas penunjang lainnya yang berguna untuk para santri.

Saat panitia dan para wali santri berjibaku dalam pengerjaan rehab asrama Ponpes Alfalah Sumber Mulya, hingga kini tidak seorangpun sosok pejabat tersebut yang memberi perhatian terhadap keadaan tersebut.

Demi buah hati mereka, para Wali santri pun seolah tak mengenal lelah dalam pengerjaan rehab tersebut. Spontanitas mereka bermusyawarah, membentuk panitia, kemudian memulai pengerjaanya sejak seminggu yang lalu.

Menariknya, didalam suasana tersebut, tampak para peraih cita-cita, tetap bersemangat dalam menimba ilmu. Mereka tetap beribadah, belajar dan beristirahat di masjid Ponpes, menunggu hingga proses perehaban selesai.

Dikatakan seorang salah satu wali santri, bahwa para pejabat yang datang sebelumnya jelas merupakan pejabat bermental kere, mengumbar janji, dengan berbagai maksud, pastinya hanya demi kepentingan pribadi, kelompok maupun golongannya.

“Itulah yang dinamakan politik identitas, terbiasa berkamuflase, kunjungi tempat pesantren agar seolah sosok yang agamis padahal tak lebih dari pengemis,” ujarnya.

Ponpes Al Falah Sumbermulya bak bunga ranum nan harum, sehingga banyak kumbang yang mampir untuk menghisap sarinya. Tetapi sayangnya, kumbang datang tampa memberikan sumbangan. Ah, sudahlah…!

Oleh : Hadi Hariyanto Efendi Jurnalis / Pemerhati Masalah Sosial

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *