Lampung Tengah

Harga Singkong Turun, Paslon 02 Ardito – Komang Berikan Solusi Inovatif Agar Petani Tidak Makin Terpuruk

114
×

Harga Singkong Turun, Paslon 02 Ardito – Komang Berikan Solusi Inovatif Agar Petani Tidak Makin Terpuruk

Sebarkan artikel ini

Tintainformasi.com, Lampung Tengah — Kendala yang selalu dihadapi oleh masyarakat yang mayoritas sebagai Petani Singkong adalah anjloknya harga beli ditingkat petani, hal ini disebabkan akibat praktik monopoli oleh Perusahaan Tapioka di wilayah sekitar.

Dalam kondisi yang demikian maka sulit bagi para petani untuk merasakan nikmat hasil panen serta dapat lebih meningkatkan kesejateraan hidup mereka, karena yang selalu menghantui mereka adalah turunnya (anjlok) harga panen singkong mereka dan kalau sudah demikian maka kerugian dan kerugian yang sudah terbayang dipelupuk mata.

Mencermati kejadian demikian, Pasangan Calon Nomor Urut 02 Ardito Wijaya dan Komang Heri membawa ide cerdas agar para petani bisa terlepas dari belenggu ketergantungan dengan para penguasa monopoli, yakni dengan mengenalkan ide kreatif mengolah singkong hasil panen menjadi gaplek.

Solusi terbaru ini telah dilaksanakan oleh para petani di Kampung Negara Bumi Udik Kecamatan Anak Tuha dengan mendirikan usaha bernama ITTARA (Industri Tepung Tapioka Rakyat) dan para petani di wilayah timur juga menjadikan singkong menjadi gaplek yang akan dijual untuk Pakan Ternak dengan harga jual yang cukup menjanjikan.

Salah seorang petani yang memiliki usaha pembuatan gaplek bernama Yunus, dalam konfirmasinya menceritakan bahwa dengan membuka lapangan usaha pembuatan gaplek ini, pihaknya mampu menyerap 10 orang tenaga kerja, selain itu Yunus juga menerima pembelian singkong hasil panen petani.

Menurut Yunus, saat ini harga singkong di Pabrik mencapai Rp 1.300,00 per kilogram, sedangkan ditingkat petani harga singkong Cuma Rp 750,00 per kilogram, sementara kalau dijual kepada pengolah gaplek, singkong petani diterima dengan harga Rp 900,00 perkilogram.

“Saat ini kami hanya mampu memproduksi 4 ton per hari, ini disebabkan keterbatasan mesin oven yang kami miliki, kami juga merasa prihatin belum mampu menyerap hasil panen petani lebih banyak lagi,” pungkas Yunus.

(Team.red)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *