Tintainformasi.com, Lampung — PETANI singkong di Lampung saat ini menghadapi krisis ekonomi yang serius. Harga jual singkong yang sangat murah, dipadukan dengan masuknya impor tapioka melalui Pelabuhan Bakauheni, telah membuat para petani resah dan khawatir tentang masa depan mereka.
Masuknya impor tapioka akan memperburuk kondisi ekonomi petani lokal. Harga singkong yang sudah rendah akan semakin anjlok, menurunkan pendapatan petani dan mengancam kelangsungan hidup mereka. Hal ini tidak hanya mempengaruhi petani, tetapi juga berdampak pada perekonomian lokal Lampung.
Pj. Gubernur Lampung, Samsudin, telah mengambil langkah strategis dengan meminta PT. ASDP Indonesia Ferry (Persero) untuk menyetop muatan impor tapioka dari Pulau Jawa. Langkah ini perlu didukung dan diikuti dengan tindakan nyata untuk melindungi petani lokal.
Penulis menilai, dibutuhkan solusi jangka panjang untuk mengatasi krisis ini, maka perlu dilakukan beberapa langkah diantaranya: Pertama, Meningkatkan pengawasan dan pemeriksaan di Pelabuhan Bakauheni. Kemudian, Membuat kebijakan perlindungan petani lokal. Selanjutnya, Meningkatkan kualitas dan kuantitas produksi singkong. Dan terakhir, Membuka pasar lokal dan internasional untuk produk singkong.
Krisis petani singkong di Lampung memerlukan perhatian serius dari pemerintah dan masyarakat. Perlindungan ekonomi lokal dan peningkatan kualitas produksi singkong adalah kunci untuk mengatasi krisis ini. Mari kita dukung upaya perlindungan petani lokal dan memastikan kelangsungan hidup mereka. (Team.red)