Tintainformasi.com, Jakarta 17 Agustus 2025 —
Upacara detik-detik proklamasi di Istana Merdeka, Jakarta, kembali menjadi Sorotan publik, Seperti tahun-tahun sebelumnya, acara kenegaraan ini tidak hanya dihadiri presiden, wakil presiden, serta pejabat tinggi negara, namun juga tamu undangan dari berbagai kalangan, termasuk Titiek Soeharto, mantan istri presiden Prabowo Subianto, bersama putranya.
Kehadiran Titiek Soeharto menarik perhatian masyarakat dan media, bukan hanya karena status sosial dan politik, tetapi karena busana adat yang ia kenakan. Titiek tampil dengan pakaian adat lengkap, termasuk penutup kepala unik yang berbentuk memanjang ke samping dan dililit kain tenun. Namun, keunikan tersebut justru memunculkan kebingungan di kalangan publik maupun media.
Sejumlah media arus utama, mulai dari TVRI, liputan 6, hingga merdeka.com, sempat salah mengidentifikasi busana adat yang dikenakan Titiek. Mereka menyebut pakaian adat Minangkabau atau Padang. Padahal faktanya, busana tersebut berasal dari masyarakat adat Lampung, khususnya Lampung pepadun.
Penutup kepala yang pakai Titiek dikenal sebagai Anggagh, yang dipadukan dengan kain sebagi. Dalam tradisi Lampung pepadun, Anggagh ini merupakan bagian dari pakaian anak mikhul, yaitu pakaian adat wanita yang sudah menikah. Sayangnya, kekeliruan media ini menimbulkan keprihatinan banyak pihak, sebab justru mencerminkan masih kurangnya pemahaman terhadap kekayaan dalam budaya Nusantara.
Pengamat budaya menilai, seharusnya media lebih cermat dalam melakukan verifikasi, terutama dalam konteks acara kenegaraan, yang disiarkan luas ke seluruh masyarakat.
Indonesia memiliki ratusan suku bangsa dengan ragam busana adat yang khas, sehingga setiap detail harus di perhatikan dengan teliti agar tidak menimbulkan kesalahpahaman.
Momen ini sekaligus menjadi pengingat bahwa penting bagi generasi sekarang, termasuk media massa, untuk lebih mengenal dan menghargai indentitas budaya lokal. Busana adat bukan sekedar pakaian melainkan simbol status sosial, filosofi hidup, dan jati diri masyarakat.
(Alfan.selagai)