KriminalLampungMasyarakatNasionalPesawaranPOLRI

Dua Pasang Suami Istri Asal Pesawaran Lampung, Tewas Diracun Dukun Mbah Slamet Pengganda Uang Banjarnegara, Begini Aksi Sadisnya

150
×

Dua Pasang Suami Istri Asal Pesawaran Lampung, Tewas Diracun Dukun Mbah Slamet Pengganda Uang Banjarnegara, Begini Aksi Sadisnya

Sebarkan artikel ini

TINTAINFORMASI.COM, PESAWARAN – Suasana kediaman pasangan suami istri, Irsyad dan Wahyu Triningsih di Dusun Simbaretno, Desa Tanjung Rejo, Kecamatan Negeri Katon, Kabupaten Pesawaran, ramai didatangi sanak keluarga, kerabat dan tetangga, Jumat (7/4/2023). Pasangan suami istri tersebut merupakan korban kekejaman dukun pengganda yang bernama Slamet Tohari alias Mbah Slamet, warga Banjarnegara, Jawa Tengah.

Menurut keterangan Sukiyadi paman Wahyu Triningsih, kepada awak media, kedua jenazah dalam perjalanan siang tadi (Jumat). Warga setempat menyiapkan dua liang lahat untuk pasutri tersebut.

Scroll Untuk Baca Artikel
Tour Travel
ADVERTISEMENT

Kedua Almarhum meninggalkan dua anak perempuan yang pertama masih duduk di bangku SMA kelas 2. Sementara yang terakhir masih usia 4 tahun.

Selain Irsyad dan Wahyu Triningsih, pasutri lain bernama Suheri dan Riani, yang jadi korban Mbah Slamet tinggal di Desa Kali Rejo, Negeri Katon, Pesawaran. “Untuk pasutri Suheri dan Riani informasi masih proses belum menuju Lampung, dan pihak keluarga Suheri dan Riani sudah mempersiapkan liang pemakamannya juga,” kata Sukiyadi.

Kabid Humas Polda Lampung, Kombes Zahwani Pandra Arsyad mengatakan, jenasah Irsyad dan Wahyu Triningsih warga Desa Tanjung Rejo, Kecamatan Negeri Katon, Kabupaten Pesawaran berdasarkan pencocokan post mortem dan ante mortem sesuai yang ditemukan di tempat kejadian perkara sudah identik. Sedangkan korban Suheri dan Riani saat ini masih dalam proses Tim DVI Biddokkes Polda Jawa Tengah dan masih menunggu hasilnya.

“Bila keduanya identik dan selesai dalam administrasi otoritas setempat, maka nanti akan dibawa ke Pesawaran dengan ambulans dengan pendampingan dari Personil Polres Pesawaran,” kata Pandra, Jumat (7/4/2023). Pola Pikir Terbelakang

Setelah kasus Wowon Erawan alias Ki Wowon (60), kini muncul kasus serupa di Banjarnegara, Jawa Tengah dengan tersangka Slamet Tohari alias Mbah Slamet (45). Total korban pembunuhan berantai Mbah Slamet hingga kekinian tercatat sebanyak 12 orang. Lebih banyak dari korban Ki Wowon Cs, yakni sembilan orang.

Kasus Mbah Slamet yang menghabisi nyawa 12 korban melalui praktik dukun penggandaan uang menjadi bukti bahwa masih banyak warga yang memiliki pola pikir terbelakang. Sosiolog dari Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed) Joko Santoso menyampaikan, praktik penggandaan uang berujung pada pembunuhan sudah ada sejak 1986. Kekinian kasus Mbah Slamet, dukun pengganda uang di Banjarnegara.

“Sebenarnya gejala penggandaan uang yang berujung pada pembunuhan sudah ada sejak 1986. Kasusnya di Brebes dan Magelang,” kata Joko Santoso kepada awak media Rabu.(5/4/ 2023).

Terlebih melihat status sosial dan latar belakang para korban penipuan berkedok penggandaan uang, beberapa dari kalangan orang ‘kaya’ atau berkecukupan secara ekonomi. Dengan begitu, menurutnya pola pikir masyarakat belum bertransformasi dari masa ke masa.

“Korbannya berasal dari bermacam-macam status sosial. Bahkan korban yang pengungkap kasus ini (PO) itu orang kaya. Ini menjadi tanda jika pola pikir belum mengalami transformasi,” ujarnya.

Menurut pria yang akrab disapa Masrukin ini, semestinya pola pikir masyarakat saat ini berubah ke yang lebih logis dan ilmiah. Namun nyatanya masih banyak masyarakat percaya dengan yang berbau mistik. Keinginan ‘Kaya’ Instan

Kriminolog Universitas Indonesia Adrianus Meliala menilai kejahatan semacam ini timbul karena masih banyaknya masyarakat yang ingin memperoleh kekayaan dengan cara instan. Keinginan semacam ini menurutnya ada sejak berabad yang lalu. Bahkan, di era kekinian atau 4.0 keinginan semacam itu nyatanya masih ditemukan.

“Jadi jangan dikatakan bahwa pada era 4.0 lalu tidak ada keinginan seperti itu,” kata Adrianus kepada awak media, Kamis (6/4/2023).

Adrianus menjelaskan, keinginan masyarakat memperoleh kekayaan secara instan itulah yang kemudian dimanfaatkan oleh para pelaku kejahatan penipuan seperti Aki Wowon Cs dan Mbah Slamet. Bermodal kecakapan komunikasi dan segala tipu dayanya, beberapa orang dengan keinginan besar menjadi kaya tersebut akhirnya terperangkap.

“Saya kira tidak ada kaitannya dengan sistem kepercayaan, ini lebih dorongan manusiawi untuk cepat kaya. Dorongan itu sebenarnya disadari sebagai menyimpang. Buktinya tamu-tamu dukun itu datang diam-diam dan tidak ada orang kampung yang melihat,” ujar Adrianus.

Sementara cara Mbah Slamet mengubur korban di lahan miliknya dinilai Adrianus hanyalah cara untuk menghilangkan jejak kejahatannya. Hal ini diduga olehnya telah dipikirkan Mbah Slamet secara terencana.

Menurut Adrianus, kejahatan semacam ini mungkin bisa dihindari apabila masyarakat memilik tingkat skeptis yang tinggi. Khususnya tidak mudah percaya dengan unggahan di media sosial yang menggiurkan.

Kapolres Banjarnegara AKBP Hendri Yulianto mengatakan, korban tewas dari aksi keji dukun pengganda uang Mbah Slamet bertambah menjadi 12 orang. Semua jasadnya juga berhasil ditemukan.

“Hari ini (4 April) ditemukan lagi dua jenazah, sehingga total ada 12 jenazah,” kata Hendri di lokasi penguburan jenazah korban, Desa Balun, Wanayasa, Banjarnegara, Jawa Tengah, Selasa (4/3/2023) sore.

Slamet sebagai tersangka turut dihadirkan oleh polisi. Dia diminta untuk mengingat identitas korban yang dikubur di setiap titik yang digali aparat kepolisian.

Dari sejumlah lubang bekas tempat menguburkan jenazah korban itu, Slamet hanya mampu mengingat satu titik, yakni dua jenazah yang baru ditemukan pada Selasa lalu. “Tadi Slamet ditanya lubang ini atas nama siapa, dia lupa, lubang yang lain juga lupa. Tapi yang lokasi paling atas, yang terakhir hari ini dia masih ingat,” ujarnya.

Hendri berujar, berdasarkan keterangan tersangka, jenazah yang ada di dalam lubang itu atas nama Erzat bersama istrinya yang tidak diketahui namanya. Pasangan suami istri itu diketahui berasal dari Lampung.

Kendati begitu, dia mengaku belum bisa memastikan karena keterangan tersangka saat diinterogasi kadang-kadang berubah. “Jadi hari ini kami menemukan dua jenazah, sehingga total ada 12 jenazah,” terangnya.

Dengan demikian, pihaknya akan kembali melakukan otopsi terhadap dua jenazah yang baru ditemukan tersebut. Sedangkan dengan autopsi terhadap 10 jenazah yang ditemukan sebelumnya belum ada hasilnya.

Sebab hal itu merupakan bagian dari proses penyidikan dan pemberkasan yang harus masuk dalam berkas perkara.”Sehingga nanti akan kami pelajari karena dalam sidang akan dibuka juga hasil autopsi itu,” jelasnya.

Lebih lanjut, Hendri mengatakan eksekusi terhadap para korban dilakukan Slamet seorang diri. Bahkan sebelum korban dieksekusi dengan menggunakan minuman yang dicampur racun potas (potasium sianida), lubang yang akan digunakan untuk mengubur jenazah korban belum disiapkan. Menurut dia, lubang tersebut digali sendiri oleh tersangka setelah korban dipastikan meninggal dunia.

Sementara tersangka lainnya yang berinisial BS, lanjut dia, hanya berperan sebagai perantara atau orang yang mempertemukan korban dengan Slamet karena kebetulan yang bersangkutan mengunggah informasi ke Facebook jika Mbah Slamet mempunyai kemampuan menggandakan uang.

“Jadi peran BS hanya mempertemukan saja. Jadi menurut kami, dia (BS) berperan mempertemukan korban dengan tersangka Slamet ini, sehingga otomatis pasalnya juga turut serta,” katanya.

Kasus ini terkuak setelah Sementara itu, jenazah berinisial PO pertama kali ditemukan dan merupakan korban terakhir sebelum kasus terungkap, dibawa keluarganya ke Sukabumi, Jawa Barat. Pada kesempatan itu, tersangka Slamet menceritakan kronologi pembunuhan, mulai keberangkatan dari rumah, ritual, hingga eksekusi dan proses penguburan.

Eksekusi tersebut selalu dilakukan tersangka pada pukul 19.30 WIB setelah ritual berupa ngobrol dengan korban sambil diberi minuman yang dicampur obat penenang dan potas. Setelah dipastikan meninggal dunia, tersangka langsung menyiapkan lubang untuk mengubur jenazah korban. Terkait peran tersangka BS, Slamet memastikan jika yang bersangkutan tidak mengetahui pembunuhan tersebut.

Kasat Reskrim Polres Banjarnegara, AKP Bintoro Thio Pratama menyampaikan rekam jejak dukun Mbah Slamet. Slamet menjadi dukun pengganda uang selama lima tahun terakhir. Bahkan dalam pengakuannya, Slamet mengklaim bisa menggandakan uang hingga Rp 5 miliar.

Slamet menjerat korbannya dari media sosial Facebook dibantu asisten berinisial BS yang kini ditangkap polisi. Atas aksi kejinya, Slamet terancam pidana maksimal hukuman mati, sesuai Pasal 340 KUHP tentang pembunuhan berencana.

Slamet terungkap sebagai seorang mantan narapidana yang melakukan aksi kriminalitas pada 2019 lalu. Polres Pekalongan mengungkap sosok Slamet pernah ditangkap dan ditahan atas kasus peredaran uang palsu.

Ketika itu Polres Pekalongan menyita 1.491 lembar uang palsu. Ribuan uang pecahan Rp100 ribu itu disita dari tiga pelaku, asal Kabupaten Wonosobo, Banyumas dan Banjarnegara.

Slamet saat itu ditangkap bersama dua pelaku lainnya, yakni Aziz (32) dan Ahmad Murtadi (49). Ketiganya ditangkap polisi saat melakukan transaksi uang palsu di sebuah minimarket yang terletak di Gumawang, Kabupaten Pekalongan. (**)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *