LampungLampung Selatan

Warga Rulung Mulya Kecamatan Natar Keluhkan Akses Jalan Belum Tersentuh Pembangunan

252
×

Warga Rulung Mulya Kecamatan Natar Keluhkan Akses Jalan Belum Tersentuh Pembangunan

Sebarkan artikel ini
TINTAINFORMASI.COM, LAMPUNG SELATAN – Warga Rulung Mulya, Kecamatan Natar, Lampung Selatan, sangat ingin pemerintah memberi perhatian lebih terhadap dua ruas penghubung di desanya. Pasalnya, dua jalan Kabupaten yang ada di desa setempat sudah lebih setengah abad belum pernah tersentuh pembangunan sejak difungsikan. Sehingga warga berkeinginan dua jalan tersebut dapat dibangun agar mereka bisa merasakan halusnya aspal dalam rangka mempermudah mobilitas dan aktivitas. Dua jalan yang dimaksud antara lain, Jalan Gajah yang berada tepat di Dusun Margo Makmur, Desa Rulung Mulya, Kecamatan Natar Lama, Kabupaten Lampung Selatan. Jalan sepanjang 4 kilometer itu merupakan akses penghubung antara Lampung Selatan dengan Kabupaten Pesawaran. Kemudian, ruas penghubung Lampung Selatan – Lampung Timur, tepatnya di Jalan Inpres, Dusun Margo Mulyo, Desa Rulung Mulya, Kecamatan Natar, Lampung Selatan dengan panjang 3 km. Jalan tersebut umumnya digunakan warga Desa Rulung Mulya akses menuju Desa Sumber Agung, Kecamatan Metro Kibang, Lampung Timur. Menurut warga, realisasi pembangunan dianggap penting mengingat dua ruas jalan tersebut merupakan jantung perputaran mulai roda perekonomian, pertanian hingga pendidikan di desa setempat. Sukino (60), tokoh masyarakat Desa Rulung Mulya mengatakan, jalan yang sudah ada sejak era presiden Suharto itu sama sekali belum tersentuh program pembangunan dari pemerintah. “Dari dulu memang kondisinya seperti itu. Dari saya lahir ga pernah diaspal. Ya tanah begitu saja. Pokonya sudah lama dari zaman bapak Suharto dulu,” kata Sukino. (Sabtu, 29 Juli 2023). Padahal, kata Sukino, dua jalan tersebut menjadi akses utama bagi warga dalam setiap aktivitasnya, selain pertanian. “Ya kadang ada urusan-urusan penting di luar, jalan ini yang dipakai warga sini. Kita juga serba salah ya, pas musim panas kita debuan, musim hujan licin kadang sampai banjir. Jadi susah dilewati kalau penghujan,” tutur pria yang dianggap sesepuh oleh warga setempat. Hal senada diungkapkan Salamun (59). Dia menuturkan, dua jalan kabupaten yang masih tanah tersebut biasa digunakan para pelajar sebagai jalan utama menuju sekolah. Mirisnya, saat musim penghujan dua jalan tersebut akan sangat licin bahkan sulit untuk dilalui. Sehingga, para pelajar terpaksa harus mencari jalan lain yang jaraknya relatif lebih jauh dan memutar agar sampai ke sekolah. “Terutama jalan Gajah, itu klo ujan, walah susah dilewatin. Sampai-sampai anak-anak sini (pelajar,red) cari jalan lain untuk bisa ke sekolah,” kata mantan Kadus Desa Rulung Mulya itu. Selain sektor pendidikan, dua jalan kabupaten tersebut juga berdampak pada roda perekonomian di desa setempat. “Di sini kan mayoritas tani sawit mas. Nah, kalo musim hujan, hilir mudik kan jelas terhambat. Gak cuman terhambat jalannya, harga juga bisa turun mas. Coba kalau jalan bagus, ya minimal ga rugi-rugi amat,” kata Salamun. Begitupun, Suroto (54) warga yang pernah menjabat RT itu juga menyampaikan keluh kesah warga Rulung Mulya soal kondisi dua jalan tersebut. “Dari dulu sih mas, semua warga sini pingin jalan itu dibangun. Yaa mereka juga mau merasakan halusnya aspal. Ga mau makan debu dan lumpur setiap hari,” imbuhnya. Suroto menjelaskan, dua jalan kabupaten yang diminta dibangun tersebut baru sekali ditimbun bebatuan atau onderlah. “Itu juga sudah lama banget sekitar tahun 2000-an. Baru sekali itu saja, dari situ gak ada pembangunan sampai onderlahnya ketutup tanah lagi,” ungkapnya. “Ya harapan kita sama dengan warga lainnya, khususnya warga Rulung Mulya, yang sangat jalan tersebut diaspal supaya segala bentuk aktivitas lancar,” tandasnya. Sementara itu, Kades Rulung Mulya Maryoto (48) membenarkan bahwa warganya sangat ingin jalan tersebut dibangun. Bahkan keluh kesah warganya itu sudah didengar sedari dulu sebelum dirinya menjabat kepala Desa. “Iya, memang jalan ini kan berpengaruh pada semua sektor, pendidikan, perekonomian, pertanian dan lain sebagainya. Jadi, intinya warga ingin pemerintah bisa membangun dua jalan tersebut,” tutup Maryoto. Berdasarkan penelusuran media ini, kondisi dua jalan penghubung antar Kabupaten di Provinsi Lampung itu tampak berkontur tanah dan ditutupi debu yang lumayan tebal. (Heri/ Badrun)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

error: Content protected !!