Tintainformasi.com, Lampung Tengah 25 Mei 2025 —Sudah dua tahun berlalu sejak peristiwa tragis yang menimpa Andika Sanjaya, seorang warga Selagai Lingga, Lampung Tengah, yang menjadi korban pembunuhan pada 2023 silam. Namun hingga kini, keluarga korban masih mempertanyakan kejelasan proses hukum yang menimpa almarhum.
Ketiga anak Andika Sanjaya, yang kini diasuh oleh keluarganya, tumbuh tanpa sosok ayah. Harapan akan keadilan bagi mereka terus menjadi harapan yang belum terpenuhi sepenuhnya.
“Kami masih menunggu kejelasan. Sampai sekarang belum ada putusan yang benar-benar membuat kami merasa bahwa keadilan itu hadir,” ujar salah satu anggota keluarga korban saat ditemui di kediaman mereka, Senin (27/5).
Menurut keterangan keluarga, proses hukum sempat berjalan, namun perkembangan kasus terasa lambat dan kurang transparan. Pihak keluarga berharap agar aparat penegak hukum memberikan perhatian lebih terhadap kasus ini, demi masa depan anak-anak korban yang kini hidup dalam keterbatasan.
“Kami hanya ingin ada kepastian hukum. Bukan hanya demi almarhum Andika, tapi juga untuk ketiga anaknya. Mereka berhak tahu bahwa negara hadir dan melindungi warganya,” lanjut keluarga.
Sementara itu, hingga berita ini diterbitkan, pihak kepolisian dari Polres Lampung Tengah belum memberikan keterangan terbaru terkait perkembangan penyidikan ataupun proses peradilan kasus tersebut. Upaya konfirmasi oleh tim redaksi masih terus dilakukan untuk memperoleh informasi yang berimbang.
Pakar hukum pidana dari Universitas Lampung, Dr. Feriansyah, menekankan pentingnya akuntabilitas dalam penanganan kasus-kasus kekerasan berat seperti ini. “Keadilan tidak boleh tertunda, apalagi jika menyangkut korban yang meninggalkan keluarga terutama anak-anak di bawah umur,” jelasnya.
Kisah keluarga almarhum Andika Sanjaya menjadi potret dari sekian banyak keluarga korban kejahatan yang masih berjuang mendapatkan keadilan. Dalam suasana duka yang belum usai, mereka tetap berharap agar suara mereka didengar.
Catatan Redaksi:
Redaksi menghormati privasi anak-anak korban dan tidak menyebutkan identitas mereka untuk menjaga perlindungan terhadap anak sesuai dengan Pasal 5 Kode Etik Jurnalistik dan UU Perlindungan Anak.
